
MANAJEMEN
KEUANGAN III DAN IV
Pertemuan 7-8
DEVIDEND POLICY
(Kebijakan Dividend)

Oleh:
Wisnu Yuwono, SE., MM
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKOMOMI
UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM

KEBIJAKAN DEVIDEN
A. Pentingnya
kebijakan deviden
Kebijakan dividen menentukan pembagian laba antara pembayaran
kepada pemegang saham dan investasi kembali perusahaan. Apabila perusahaan memutuskan untuk
membagi laba yang diperoleh sebagai deviden hal tersebut tentu saja akan mengurangi jumlah laba yang
ditahan yang akhirnya juga mengurangi sumber dana intern yang akan digunakan untuk
investasi perusahaan. Laba ditahan merupakan salah satu sumber pendanaan yang
sangat signifikan bagi pertumbuhan perusahaan, tetapi di sisi lain dividen
merupakan aliran kas yang dibagikan pada pemegang saham.
Miller dan Modigliani (1961) mengemukakan bahwa
dengan asumsi pasar sempurna, perilaku rasional dan kepastian yang sempurna,
menemukan hubungan bahwa nilai perusahaan dan kebijakan dividen adalah tidak
relevan (dividend irrelevance). Sedangkan
paham dividend relevance menyatakan bahwa pembagian dividen oleh suatu perusahaan,
merupakan signal bagi pemegang saham. Pemegang saham akan menginterprestasikan
peningkatan pembayaran dividen oleh perusahaan, sebagai signal bahwa pihak
manajemen memiliki prediksi earning yang tinggi di masa yang akan dating
(Black, 1976).
Kebijakan dividen melibatkan keputusan apakah akan
membagikan laba atau menahannya untuk diinvestasikan kembali didalam perusahaan
dan bagaimana nanti dampaknya bagi nilai perusahaan (Copeland, 1997).
B. Faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen
1. Posisi Solvabilitas perusahaan
Apabila
perusahaan dalam kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan
laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki
posisi struktur modalnya.
2. Posisi Likuiditas Perusahaan
Perusahaan membayarkan dividen berarti
harus bisa menyediakan uang kas yang cukup banyak, apabila kondisi likuiditasnya kurang baik,
biasanya dividend payout rationya kecil, sebab sebagian besar laba
digunakan untuk menambah likuiditas.
3. Kebutuhan untuk melunasi Hutang
Kecenderungan
sebuah perusahaan dalam kondisi banyak hutang yang harus dibayar semakin besar dana yang
harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan
kepada pemegang saham.
4.
Rencana perluasan
Perusahaan
yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan
hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan, yang pada
akhirnya semakin
besar pula kebutuhan dana untuk membiayai
perluasan tersebut.
5.
Kesempatan investasi
Semakin
terbuka kesempatan investasi semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab
dananya digunakan untuk investasi.
6.
Stabilitas pendapatan
Perusahaan
yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk, berbeda
dengan perusahaan
yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar
untuk berjaga-jaga, yang tentunya akan berpegaruh terhadap dividen yang
akan dibagi.
7.
Penguasaan terhadap perusahaan
Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, akan masuk investor baru dan ini
tentunya akan mengurangi proporsi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Jika
dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar. Oleh karena itu perusahaan
cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian tetap berada ditangannya.
B. Jenis-jenis
tanggal dalam pembagian dividen
Pada
waktu pengumuman dividen ada beberapa jenis tanggal yang perlu diperhatikan
yaitu: (Ang, 1997)
1.
Tanggal pengumuman (announcement date)
Tanggal
pengumuman dividen merupakan tanggal resmi pengumuman oleh emiten tentang
bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran dividen yang akan dilakukan.
2.
Tanggal cum-dividend (cum-dividend date)
Tanggal
cum-dividend merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih
melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham.
3.
Tanggal ex-dividend (ex-dividend date)
Tanggal
dimana perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi hak untuk memperoleh
dividen.
4.
Tanggal pencatatan dalam daftar pemegang saham (date of record)
Tanggal
dimana seorang harus terdaftar sebagai pemegang saham perusahaan publik atau
emiten, sehingga ia mempunyai hak memperoleh dividen yang diperuntukkan bagi
pemegang saham.
5.
Tanggal pembayaran (payment date)
Tanggal
pembayaran adalah tanggal dimana dividen dibayarkan kepada investor.
C. KEBIJAKAN
PEMBERIAN DIVIDEN
Bentuk
kebijakan dividen tersebut adalah :
1. Kebijakan pemberian dividen stabil
Kebijakan
pemberian dividen yang stabil ini artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu
tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi.
Biasanya meskipun
perusahaan tersebut memiliki laba yang terbatas, pada umumnya perusahaan enggan memotong
dividen karena pengurangan dividen akan dianggap bahwa perusahaan mengalami
kesulitan likuiditas sehingga perlu mendapatkan tambahan dana dengan memotong
dividen (Jogiyanto, 2000).
2. Kebijakan
dividen yang meningkatkan
Dengan kebijakan ini, perusahaan
akan membayarkan dividen kepada pemegang
saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang
stabil. Misalnya perusahaan akan memberikan dividen sebesar Rp. 600,- per
lembar dengan pertumbuhan 5%, sehingga tahun depan bisa diprediksi besarnya
dividen akan naik 5% menjadi 630,- per lembarnya.
Hal yang paling
banyak ditemui adalah perusahaan membayar dividen yang konstan dari waktu ke
waktu untuk menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan dalam keadaan stabil
(Jogiyanto, 2000)
3. Kebijakan dividen dengan ratio yang
konstan
Kebijakan ini memberikan dividen
yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin
besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula
sebaliknya bila laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang
digunakan sering disebut divided payout ratio.
Kenaikan dividen yang amat besar
mengisyaratkan bahwa manajemen merasa optimis atas masa depan perusahaan dan
merupakan sinyal yang lebih kuat daripada kenaikan dividen kecil (Asquith dan
Mullins, 1983, dalam Amiruddin et
al (2003).
4. Kebijakan Pemberian Dividen Reguler yang
rendah ditambah ekstra
Kebijakan
pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran
dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra
dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.
D. Kebijakan
dividen
Berdasarkan bentuk dividen yang dibayarkan,
dividen dapat dibedakan atas 2 jenis yaitu: (Ang, 1997)
1.
Dividen Tunai (cash dividend)
Dividen
tunai merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk tunai. Tujuan emiten untuk memberikan dividen dalam bentuk tunai
adalah untuk memacu kinerja saham di bursa efek, yang juga merupakan return
kepada para pemegang saham (Gitman, 2006).
2.
Dividen Saham (stock dividend)
Pemegang
saham akan diberi tambahan saham sebagai pengganti cash dividend. Disamping tujuan yang sama dengan
dividen tunai juga bertujuan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham di
bursa efek. Disamping itu pemberian dividen dalam bentuk saham kadang-kadang
juga diberikan karena memperhatikan likuiditas keuangan perusahaan. Direksi
menilai bahwa likuiditas keuangan perusahaan tidak memungkinkan pembayaran
dividen dalam bentuk tunai sehingga diputuskan dibayarkan dalam bentuk saham
baru.
Pemberian
stock dividend tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi akan
mengubah komposisi dari modal sendiri perusahaan yang bersangkutan, tetapi akan
mengubah komposisi dari modal sendiri perusahaan yang bersangkutan. Karena pada
dasarnya pemberian stock dividen ini akan mengurangi pos lab ditahan di neraca
dan akan ditambahkan ke pos modal saham. Dengan demikian laba ditahan akan
berkurang dan modal saham akan bertambah (Gitman, 2006).
Contoh :
Suatu perusahaan pada akhir tahun
mempunyai struktur modal sendiri sebagai berikut (sebelum adanya stock
dividend):
Modal Saham
(nominal Rp. 5.000 x 120.000 lbr) =
Rp. 600.000.000,-
Agio
Saham = Rp. 400.000.000,-

Jumlah Modal Sendiri =
Rp. 1.800.000.000,-
Perusahaan akan memberikan stock
dividen sebanyak 25% atau 30.000 lembar saham. Harga saham tersebut sebesar Rp.
7.500,- per lembarnya.
Struktur
modal sendiri setelah ada pemberian stock dividend adalah sebagai berikut:
Modal Saham
(nominal Rp. 5.000 x 120.000 lbr) =
Rp. 750.000.000,-
Agio
Saham = Rp. 475.000.000,-

Jumlah Modal Sendiri =
Rp. 1.800.000.000,-
Karena yang dibagikan sebesar 30.000
lembar saham, maka jumlah dana yang dipindahkan ke rekening modal saham sebesar
Rp. 225.000.000,- atau 30.000 x Rp. 7.500,-. Oleh karena nilai nominal saham
Rp. 5.000,- per lembar, maka yang dicantumkan dalam rekening Modal Saham
sebesar 30.000 x Rp. 5.000,- = Rp. 150.000.000,- sisanya akan dicantumkan ke
rekening Agio Saham sebesar Rp. 75.000.000,-
Setelah stock dividend jumlah lembar saham yang dimiliki menjadi 1.250
lembar dengan nilai yang sama Rp.
750.000,-. Dengan demikian harga pasar saham saat ini menjadi Rp. 750.000 :
1.250 = Rp. 6.000,-. Oleh karena itu pembagian stock dividen tidak akan
memberikan pengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham.
E. Kebijakan
Stock Split
Stock Split yaitu pemecahan nilai
nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil, akibatnya jumlah lembar saham menjadi lebih
banyak, maka akan mengakibatkan harga saham
turun proporsional dengan kenaikan jumlah lembar saham, sebagai
contoh:
Suatu
perusahaan pada akhir tahun mempunyai struktur modal sendiri sebagai berikut :
Modal saham
(nominal Rp. 4.000,- x 250.000 lembar) =
Rp. 1.000.000.000,-
Agio Saham =
Rp. 500.000.000,-

Jumlah Modal Sendiri =
Rp. 2.400.000.000,-
Perusahaan akan
mengadakan stock split dari satu
lembar saham menjadi empat lembar saham. Maka struktur modalnya setelah stock split akan nampak sebagai berikut
:
Modal saham (nominal Rp. 1.000,- x 1000.000 lembar) = Rp. 1.000.000.000,-
Agio Saham =
Rp. 500.000.000,-

Jumlah Modal Sendiri =
Rp. 2.400.000.000,-
Setelah diadakan kebijakan stock split, struktur modal sendiri
tidak berubah. Nilai Modal saham tetap Rp. 1.000.000.000,- tetapi nilai nominal
berubah menjadi Rp. 1.000,- dan jumlah lembar saham menjadi 1000.000 lembar. Agio saham dan laba
ditahan tidak berubah. Kesejahteraan pemegang saham atau investor juga tidak
mengalami perubahan.
F. Kebijakan
repurchase stock
Repurchase
Stock adalah pembelian kembali saham-saham perusahaan yang dipegang oleh
pemegang saham. Misalnya suatu
perusahaan mempunyai laba setelah pajak dan harga pasar saham sebagai berikut :
Tabel 4.1
Repurchase stock
Earning
available for common stockholders
|
$1,000,000
|
Number of
shares of common stock outstanding
|
400,000
|
Earning per
share
|
$2,5
|
Market price
per share
|
$50
|
PER
|
20
|
Hasil dari repurchase stok adalah seperti pada tabel 4.2 sebagai
berikut:
Tabel 4.2. Hasil repurchase stock
•
The firm want to
use @800,000 of its earning to repurchase share, the results of new balance:
•
The amount
dividend = 800,000/400,000 = $2
•
Market price = $50 + $2 = $52
•
Repurchase = 800,000 / 52 = 15,385 share
•
Commond stock wold remain outstanding = 400,000 – 15,385
= 384,615
•
EPS rise = $1,000,000 / 384,615 = $2,6
•
PER = 52/2,6 = 20
G. Daftar Pustaka
Amiruddin, Umar, dkk. (2003), “Reaksi Harga Saham terhadap Publikasi
Dividen Kasus Di BEJ Periode 1997-2001”, Jurnal Riset Ekonomi Manajemen. Vol.3,
No.2, Mei
Black,
F. 1976. The Dividend Puzzle, Journal of Portfolio Management, Winter,
Vol. 2
Copeland, E. Thomas & J. Fred Weston, 1995, Managerial Finance 9th
ed, The Dryden Press, USA
Gitman,
L.J. 2006. Principles of Managerial
Finance. 11th edition. Addison Wesley.
Jogiyanto H. M, (2000), “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi
3, BPFE UGM, Yogyakarta
Miller,
M.H. & F. Modigliani, 1961, Dividend Policy, Growth and the Valuation of
Share, Journal of Business, Vol.34.
Robert, Ang, (1997), “Pasar Modal Indonesia”, Media
Soft Indonesia
What is the best way to make money on horse racing? - Work
BalasHapusHorse racing. Learn how to get งานออนไลน์ into horse racing betting right from the start! Find out everything you need to know about the best betting sites for